Beli pas kemaren. Jarang-jarang nih makan di sini. Enak sih, cuma porsi belinya pas udah gajian aja ya. Sesekali baik hati dan nraktir temen 😀
Di negeri sendiri, makakan cepat saji itu identik dengan makanan “orang kaya”. Gimana enggak, harganya selangit dan tempatnya juga elit. Tentu saja yang Maulz maksud makanan cepat saji di sini adalah makanan cepat saji ala luar negeri, to be honest makanan di KFC misalnya, McD, Burger King dan kawan-kawannya, minuman seperti Coca-Cola, Pepsi, dan minuman soda lainnya atau yang lebih dikenal sama mereka yaitu fast food atau junk food (kalo minuman jatuhnya jadi soft drink, tapi sama aja). Makan cepat saji ini juga merupakan sumber berbagai penyakit, dan banyak jenis penyakitnya pun juga sering diistilahkan “penyakit orang kaya”. Kalo makanan cepat saji negeri kita, ya ga usah dibahas, udah murah, sehat pula, gado-gado misalnya, banyak sayur toh.
Dalam artikel yang ditulis oleh Idhotul Badiah di Bestari (opini edisi 318), disebutkan bahwa fast food dapat dibagi dalam tiga kategori. Pertama, yang memiliki dampak buruk karena tinggi kandungan garam, lemak dan gula. Kedua, yang tidak memiliki dampak baik maupun buruk. Ketiga, yang baik dikonsumsi sebagai energi dan kesehatan tubuh.
Nah, junk food termasuk kategori fast food tipe pertama. Mari kita gunain junk food aja untuk ngebahas itu, lebih pantas. Junk food, kalo di Indonesiakan artinya makanan sampah (junk = sampah; food = makanan), maksudnya makanan yang nggak bikin sehat, banyak lemak, gula, tentunya jadi sumber penyakit. Makanan yang masuk anggota junk food antara lain hamburger, kentang goreng, hot dog, gorengan lainnya, snack, makanan kalengan, permen, minuman soda, makakan dengan pewarna, pemanis dan pengawet buatan.
Diambil dari berbagai sumber, konsumsi junk food terlebih pada yang berlebihan dapat menyebabkan metabolisme tubuh terganggu akibat insulin yang tidak terkontrol, hipertensi dan diabetes pada anak jika dikonsumsi ibu mengandung, kanker payudara, hiperaktif pada anak, obesitas, hipertensi, pengerasan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, Stroke, merusak hati, hingga penurunan IQ pada anak.
Negara dengan tingkat obesitas terbesar di dunia adalah Arab Saudi (35,6%), diikuti Meksiko (32,8%) dan Amerika Serikat (31,8%).
Hal ini berarti, junk food merupakan investasi cepat saji untuk sepat mati. Semakin banyak orang yang bergantung pada junk food, ya maka semakin banyak pula penyakit yang ditanamkan.
Lalu, kenapa sih banyak yang milih mengkonsumsi junk food?
Jika kita melihat perkembangannya di Indonesia, konsumsi junk food tidak sebanyak di negara lain. Konsumsi di restoran junk food masih dinilai berkelas dan dikonsumsi orang-orang yang memang punya “uang lebih”. Beberapa alasan memilih restoran junk food di Indonesia adalah karena tempatnya yang bersih dan nyaman, proses penyajiannya cepat, menu yang disajikan bervariasi, berkelas, serta pelayanan yang baik.
Alasan konsumsi junk food seperti snack dan minuman soda, rasanya yang enak dan banyak pilihan rasa membuatnya banyak digemari terutama oleh anak-anak, belum lagi makanan ini sangat mudah temukan tidak hanya di pasar swalayan atau mall, tapi juga di pasar tradisional.
Walaupun berbahaya bagi kesehatan terutama bahaya akibat obesitas, di Indonesia sendiri anak yang menderita obesitas akibat junk food masih tergolong rendah. Data dari Departemen Kesehatan pada tahun 1993 menyatakan bahwa jumlah penderita obesitas meningkat menjadi 6,3% untuk anak laki-laki dan 8% untuk anak perempuan. Hasil survey Departemen Kesehatan juga menunjukkan bahwa pada umur 40-49 tahun, wanita yang mengalami overweight berkisar antara 30%-49% .Data baru yang dikumpulkan oleh Himpunan Obesitas Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas untuk anak-anak pada sejumlah Sekolah Dasar di Indonesia adalah 12% menderita obesitas dan 9% kegemukan dari 1.730 anak.
Salah satu film dokumenter menarik tentang junk food berjudul Fed Up karya Stephanie Soechtig. Dalam film tersebut disebutkan bahwa pada tahun 2010, 2 dari 3 warga Amerika mengalami obesitas atau kegemukan. Saat ini, 30% dari seluruh warga Amerika mengalami obesitas, dan 40% terindikasi obesitas.
Hal ini termasuk miris jika kita bandingkan dengan konsumsi makanan nenek dan kakek kita. Dahulu, mereka nggak kenal junk food dan makanan cepat saji lainnya. Bahan makanan diolah sendiri nggak pake bahan tambahan instan dan hasilnya, banyak diantara kamu yang masih melihat betapa kuatnya mereka hingga saat ini. Bandingkan dengan banyak orang saat ini, di mana belum terlalu tua tapi sudah mengidap diabetes dan penyakit jantung. Tidak lain dan tidak bukan, konsumsi makanan memberi pengaruh yang besar terhadap hal itu.
Apa yang dapat kita lakukan?
Tentunya menjaga pola makan. Menghindari makanan instan dan makanan cepat saji lainnya. Masak sendiri lebih baik. Satu hal yang harus selalu diingat, hidup sehat dengan makanan sehat itu murah, murah banget malah.
Dikutip dari film Fed Up, ada beberapa tantangan yang dapat dikerjakan buat ngurangin resiko yang ditimbulkan akibat junk food diantaranya: (1) nggak mengkonsumsi gula selama 10 hari, (2) hindari makanan instan, (3) lihat komposisi makanan kemasan dan jangan beli makanan dengan komposisi yang kamu nggak kenal, (4) buatkan bekal buat anak, di sekolah banyak makanan instan, dan (5) banyak minum air putih.